Ada yang berbeda dalam kunjungan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) ke Malaysia beberapa waktu lalu. Dalam acara Seminar Antar Bangsa Kesejarahan Guru Sejarah Indonesia-Malaysia yang diikuti oleh 100 orang Guru-Guru Sejarah dari berbagai negara bagian di Malaysia dan 30 orang Guru-Guru Sejarah sekaligus Pengurus Pusat AGSI, diperkenalkan tanjak, ikat kepala khas Sumatera Selatan dan juga tifa, alat musik khas Papua sebagai warisan budaya Indonesia. Kedua benda itu diserahkan secara simbolik sebagai bentuk kenangan dari Indonesia untuk Malaysia.
Adalah Ketua Persatuan Sejarah Melayu (PSM) Tan Sri Omar Moh. Hashim, didampingi Ketua Persatuan Guru Sejarah Malaysia (PGSM) Bakhtiar Sukhor yang menerima dua cenderamata tersebut, yang diserahkan oleh Presiden AGSI Sumardiansyah Perdana Kusuma sekaligus menandai dibukanya seminar antara bangsa Indonesia-Malaysia Tahun 2018.
Dalam seminar tersebut dibicarakan beberapa tema seperti model pembelajaran, kemahiran berpikir sejarah, kurikulum, dan kesejarahan. Antara Guru Sejarah Indonesia dan Malaysia secara bergantian saling memaparkan makalahnya. Seminar juga menghadirkan pihak perguruan tinggi yang diwakili oleh Prof. Dr. Sivachandralingam Sundara Raja dari Universitas Malaya dan Moh. Izwan Shahril, Ph.D dari Universitas Pendidikan Sultan Idris.
Bakhtiar Sukhor mengungkapkan bahwa seminar Antara Bangsa Indonesia-Malaysia dapat menjadi sarana bagi Guru-Guru Sejarah untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan pemikiran dalam memantapkan pendidikan sejarah. “Hasil dari seminar ini harapannya akan berdampak positif bagi institusi pendidikan masing-masing” ujar Bakhtiar. Sedangkan Tan Sri Omar Moh. Hashim mengungkapkan bahwa kerja sama antara Indonesia-Malaysia telah berperan mendokumentasikan pengalaman sejarah dalam berbagai bidang di alam Melayu ini. “Rasa cinta terhadap sejarah dan warisan bangsa perlu dipupuk, dirangsang, dan digalakan, terutama terhadap generasi muda” ujar Tan Sri.
Dalam kunjungan ke Malaysia tersebut, Provinsi Sumatera Selatan mendelegasikan peserta terbanyak dengan diwakili oleh 5 orang Guru Sejarah. Merry Hamraeny yang juga Koordinator AGSI Provinsi Sumatera Selatan menganggap kegiatan ini sangat positif dalam rangka pengembangan profesionalisme Guru Sejarah, dan keikutsertaan Sumatera Selatan adalah bentuk dukungan daerah terhadap gerakan AGSI. “Kita berharap kegiatan seperti ini terus digalakkan oleh AGSI agar wawasan guru sejarah semakin bertambah” harap Merry. (HP)
###