Tahun 2018 adalah momen paling inspiratif bagi para insan sejarah di Indonesia. Oleh karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pertama kalinya memberikan anugerah apresiasi bernama Sartono Kartodirdjo Award. Mengutip laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, penggunaan nama Sartono Kartodirdjo sebagai nama apresiasi ini tidak terleps dari jasa beliau sebagai pelopor penulisan sejarah Indonesia sentris yang telah memberikan dampak besar bagi perkembangan historiorafi di Indonesia.
Terdapat lima bidang apresiasi, yaitu disertasi sejarah terbaik, buku sejarah terbaik, penyelamat sumber sejarah, komunitas penggiat sejarah dan guru sejarah berprestasi. Tim penilai dipimpin oleh dari Direktur Sejarah, Dr. Triana Wulandari, M.Si dengan anggota tim antara lain Dr. Sri Margono (UGM), Dr. Jajat Burhanudin (UIN Jakarta), Dr. Abdul Syukur (UNJ) dan Dr. Linda Sunarti (UI). Khusus bagi penerima penghargaan guru, ada 7 (tujuh) kualifikasi yang ditetapkan. Pertama, memiliki pengabdian sebagai guru sejarah minimal 15 tahun; kedua, usulan nama calon diajukan melalui rapat MGMP disertai berita acara; ketiga, memiliki inovasi metode pembelajaran; keempat, Biodata (CV); kelima, memiliki penghargaan dalam bidang pengajaran; keenam, memiliki pengalaman sebagai fasilitator dan ketujuh, produktif dalam membuat karya tulis.
Berdasarkan hasil penilaian Tim Penilai yang diumumkan pada kegiatan Seminar Sejarah Nasional Tahun 2018 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada tanggal 3 Desember 2018, ditetapkan sebagai penerima penghargaan guru sejarah berprestasi adalah Abdul Somad, SS., M.Pd.; Guru Sejarah SMAN 1 Ciruas, Kebupaten Serang Provinsi Banten. Bagi Abdul Somad, penghargaan ini ia yakini sebagai berkah dan rahmat dari Alloh SWT; bukan semata-mata banyaknya prestasi yang ia peroleh selama mengabdi menjadi guru selama 15 tahun. Meski ia dapat mengungguli sejumlah kandidat lain dari beberapa provinsi, menurutnya, masih banyak guru sejarah lainnya di seluruh Indonesia yang masih lebih baik dibanding dirinya. Dengan merendah, Ia menambahkan bahwa dirinya hanya beruntung dengan sedikit pandai memanfaatkan kesempatan yang ada.
Menurut penuturan Abdul Somad, pada awalnya ia tidak berniat mengajukan diri. Surat edaran terkait calon kandidat penerima apresiasi ia posting di sosial media guru sejarah se-provinsi Banten. Ia yang mengemban amanah sebagai Ketua MGMP Sejarah Provinsi Banten, juga merasa perlu untuk meneruskan informasi kepada seluruh ketua-ketua MGMP Sejarah Kab/Kota, termasuk kepada guru-guru senior melalui jaringan pribadi. Hanya saja menjelang akhir waktu pengajuan belum ada guru yang merespon. Atas saran para pengurus MGMP, akhirnya diputuskan agar ia menjadi kandidat.
Abdul Somad adalah alumnus Ilmu Sejarah Universitas Padjdjaran (UNPAD). Meski bukan berlatarbelakang dari lembaga kependidikan, ketertarikan pada profesi keguruan ia dapatkan dari ayahnya yang seorang guru madrasah. Ia mulai mengajar sejarah sejak tahun 2002. Setelah memperoleh ijazah Akta 4, ia berkesempatan mengabdikan dirinya sebagai guru PNS dengan mengajar di SMAN 1 Padarincang Kabupaten Serang yang berjarak 40 km dari tempat tinggalnya. Pada tahun 2011 ia menyelesaikan pendidikannya di sekolah pascasarjana program studi Teknologi Pembelajaran dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA), Serang.
Akselerasi pengembangan profesi sebagai guru sejarah ia dapatkan setelah ia mutasi ke SMAN 1 Ciruas. Sekolah ini SMA tertua di Kabupaten Serang yang menjadi salah satu piloting implementasi Kurikulum 2013. Seiring dengan program sosialisasi dan implementasi Kurikulum 2013 yang gencar dilakukan pemerintah, Abdul Somad pun mendapatkan berkah untuk dapat mengikuti sejumlah pendidikan dan pelatihan terkait. Bahkan ia juga diberi tugas sebagai fasilitator dan pendamping pelaksanaan kurikulum, terutama di wilyahnya di Provinsi Banten. Ruang berkegiatan menjadi semakin luas setelah Direktorat Sejarah Kemdikbud bersinergi dengan MGMP dalam melaksanakan program Workshop Kesejarahan Guru Sejarah, 2013-2016. Pada masa ini, ia selalu eksis mengabdikan dirinya sebagai fasilitator dan tujuan mulia untuk peningkatan kinerja guru sejarah di daerahnya. Revitalisasi guru pun ia lakukan dengan cara memanfaatkan program yang digulirkan Direktorat Sejarah dan Direktorat Guru dan Tenaga Pendidikan GTK). Diantaranya melalui program bantuan Guru Pembelajar (2016), Penyusunan USBN (2017) dan Program Fasilitasi Kesejarahan Event Sejarah (2018).
Di kegiatan internal-mandiri, MGMP yang dipimpinnya pernah mengadakan lawatan sejarah ke Malaka, Malaysia yang diikuti guru-guru sejarah se-Provinsi Banten. Pergaulan dan pergulatan di MGMP Sejarah sepanjang 2008-2018 yang ia alami sudah ia tulis dalam sebuah buku berjudul “Memoar Seorang Pegiat MGMP” yang diterbitkan Cipta Media Edukasi, Surabaya. Buku ini juga banyak menceritakan pengalamannya bersama-sama guru sejarah Indonesia di beberapa kegiatan. Diantaranya: Penguatan Nilai Budaya di Gunung Mas Kalimantan Tengah (2015) dan Internalisasi Nilai Kebangsaan di Riau dan Malaka (2017).
Beberapa penghargaan yang pernah ia peroleh dalam 5 (lima) tahun terakhir adalah: Peserta terbaik Workshop Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Tingkat Provinsi (2014), Peringkat terbaik Uji Kompetensi Guru (UKG) Mata Pelajaran Sejarah Provinsi Banten (2015), Pembimbing Juara I Olimpiade Pahlawan Indonesia Tingkat Provinsi sekaligus Finalis Tingkat Nasional (2015) dan Finalis Bidang Sejarah Olimpiade Guru Sejarah Nasional (OGN) Tingkat Nasional (2016). Karya tulis yang pernah ia publikasikan diantaranya: “Proses Pembelajaran Sejarah Melalui Pengembangan Strategi Pembelajaran Kooperatif” (Untirta, 2011), “Pemikiran dan Pergerakan Pan Islamisme di Indonesia Pada Awal abad Ke-20” (Jurnal Candrasangkala, 2015), “Menggali Minat Belajar Sejarah” (Koran Radar Banten, 2016), “Memoar Seorang Pegiat MGMP” (Cipta Media Edukasi, 2018) dan karya yang terakhir yang ia dediksikan untuk pengintegrasian sejarah lokal Banten dalam kurikulum pembelajaran sejarah di sekolah yaitu buku berjudul “Ikhtisar Sejarah Banten dari Masa Kesultanan Hingga Kemerdekaan” yang diterbitkan MGMP Sejarah Provinsi Banten, 2018.
Mengenai keberadaan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) dan MGMP, Somad melihat keduanya memiliki peluang sinergi dan prospek yang lebih besar kedepannya. Ia juga berupaya untuk memperluas relasi dan organisasi dengan berkomitmen pada pembentukan AGSI di Provinsi Banten, dengan harapan dapat terhimpun kebersamaan yang lebih besar dengan sesama guru sejarah di lintas wilayah dan lintas lembaga. Bagi Sumardiansyah Perdana Kusuma (Presiden AGSI), pengalaman dan kemampuan Abdul Somad dalam mengembangkan MGMP serta merangkul guru-guru Sejarah di Provinsi Banten adalah sebuah contoh bagaimana kebermanfaatan dibangun dari lingkungan sekitar.
Selain aktif dalam organisasi, dedikasi Somad untuk pengembangan bidang kesejarahan didaerahnya ia usahakan dengan menjadi dosen luar biasa di Pendidikan Sejarah UNTIRTA Serang. Selain itu ia punya harapan besar agar Sejarah Lokal Banten dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sejarah di sekolah, bahkan lebih tinggi dari itu yaitu mengusahakan agar Sejarah Lokal Banten bisa ditetapkan sebagai Muatan Lokal Provinsi melalui Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur sehingga sejarah dapat dipahami lebih kontekstual. Meski harus tetap berkomitmen kepada NKRI.