Himbauan dan Pernyataan Sikap AGSI Terkait Situasi Politik Terkini

Dewasa ini kedewasaan bangsa Indonesia diuji melalui berbagai bentuk problematika dalam berbagai aspek kehidupan. Tujuh Puluh Empat tahun Republik ini berdiri kita masih terus belajar untuk menjadi bangsa yang cerdas dan bijak utamanya dalam menjalani tata perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pembukaan UUD 1945 yang memuat tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, menjadi sebuah catatan penting bahwa negara memang harus hadir dalam menyelesaikan setiap persoalan yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Selain itu kesadaran yang bersumber dari masyarakat juga menjadi unsur penting yang perlu ditumbuhkembangkan dalam rangka partisipasi publik, memantau jalannya pemerintahan dan merespon berbagai isu yang berkembang di masyarakat. 

Sebagai Guru Sejarah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pembelajaran sejarah di ruang-ruang kelas menjadi hal wajib yang harus dilakoni. Guru sejarah bukan sebatas melakukan transfer of knowledge berupa kumpulan fakta, melainkan transfer of value dalam bentuk kesadaran sejarah. Guru Sejarah perlu peka terhadap situasi kontekstual, dengan mengedepankan penalaran cerdas dan hati jernih sebagai pertimbangan dalam membuat dan mengambil keputusan.

Melihat perkembangan yang terjadi belakangan ini, kami atas nama Pengurus Pusat Asosiasi Guru Sejarah Indonesia ingin memberikan beberapa himbauan kepada para Guru Sejarah antara lain:

  1. Guru Sejarah harus melek terhadap berbagai jenis informasi/pemberitaan yang terjadi disekitarannya untuk kemudian dapat diaktualisasikan melalui pembelajaran sejarah kontekstual yang bermakna di ruang-ruang kelas;
  2. Guru Sejarah harus mengedepankan dialog dengan membuka wawasan dan menciptakan narasi-narasi yang menyejukan serta memperteguh kita sebagai sebuah bangsa dalam bingkai NKRI, Pancasila, dan UUD 1945;
  3. Guru Sejarah harus menjadi agen literasi dan penghalau hoax melalui kecakapan berpikir sejarah.

Kami juga ingin memberikan pernyataan sikap terkait beberapa hal yaitu:

  1. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera dan Kalimantan adalah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa. Pendekatan sejarah lingkungan ala Peter Boomgaard yang memandang sejarah sebagai relasi antara manusia dan alam dapat menjadi alternative bagi Guru Sejarah dalam mengangkat isu-isu lingkungan hidup yang terintegrasi dalam pembelajaran sejarah;
  2. Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa adalah bagian dari proses demokrasi yang wajar. Sejarah mencatat gerakan mahasiswa ikut berperan dalam pembentukan bangsa ini mulai dari lahirnya pergerakan nasional Budi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), Rengasdenglok-Proklamasi (1945), Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (1966), dan Reformasi (1998);
  3. Mengecam tindakan represif aparat kepada para demonstran hingga berakibat jatuhnya korban jiwa Muhammad Yusuf Kardawi dan Muhammad Randi (mahasiswa Halu Oleo) serta menuntut pemerintah agar bertindak tegas terhadap oknum aparat tersebut;
  4. Kerusuhan di Wamena, Papua yang bermula dari isu rasialisme kemudian mengakibatkan bentrokan yang mengarah pada konflik horizontal antar penduduk asli dan pendatang patut dikecam secara keras karena mengakibatkan korban jiwa dan menciptakan ketakutan ditengah masyarakat. Pemerintah perlu memberikan perhatian kepada para korban, melakukan investigasi, menangkap dalang kerusuhan, dan menjatuhkan hukuman seberat-beratnya bagi para pelaku;
  5. Kecewa terhadap oknum pejabat dan anggota dewan yang lebih banyak memperlihatkan sikap negatif, minim prestasi, tidak peka terhadap suara rakyat, buta akan sejarah, dan jauh dari nilai keteladanan;
  6. Gempa yang terjadi di Ambon dan bisa jadi berpotensi menimpa daerah lain mengingat wilayah Kepulauan Indonesia yang dikelilingi cincin api pasifik, berada pada jalur sabuk alpide, dan dihimpit tiga lempeng benua menjadi sebuah tanda bahwa kesadaran mitigasi mutlak dimiliki oleh semua pihak. Luka akibat bencana adalah derita kita semua, atas nama persaudaraan sebangsa, setanah air, dan juga kemanusiaan.

 

Dari Ternate, Maluku Utara, 28 September 2019

Presiden AGSI, Sumardiansyah Perdana Kusuma

Sekjen AGSI, Warsono

 

Author: Admin AGSI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *