Untuk dapat memahami Pancasila dengan utuh, maka mau tidak mau harus belajar sejarah. Hal itu dikatakan sejarahwan muda JJ Rizal ketika menjadi narasumber dalam Persamuhan Nasional Pendidik Pancasila. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerjasama dengan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), Minggu (1/12) di Hotel Shangri La Surabaya.
Termasuk mengenai lemahnya ideologisasi Pancasila saat ini, menurutnya juga kerena pendekatan ideologisasi Pancasila kurang memerhatikan aspek sejarah. “Pancasila tidak mungkin dimengerti tanpa sejarah. Cara mengerti Pancasila adalah pulang ke rumah sejarah dan menemukan mereka (para tokoh) yang menjadi orang-orang Indonesia pertama. Orang-orang yang perilakuknya akan menjadi Pancasila. Siapa itu? Tokoh-tokoh sejarah” tambahnya.
Membaca
Menurutnya, kunci solusinya terutama guru sejarah harus banyak membaca. “Problem besar kita, guru dan pemimpin adalah kurangnya membaca. Dengan membaca maka kita akan banyak wawasan dan memberikan sejarah tidak sekadar kronik. Harus ada cerita, hikmah yang dapat diambil. Semua orang sejatinya suka cerita” jelasnya.
Hari ini, kata JJ Rizal, tokoh sejarah hanya diceritakan oleh para guru sejarah tanpa inspirasi tindakannya. “Misalnya orang hanya tahu MH Thamrin orang yang super kaya. Tapi jarang orang yang tahu kalau dengan kekayaannya, Thamrin mewakafkan seluruh hartanya untuk kepentingan pergerakan. Bahkan untuk sepakbola. Jadi stadion pertama di Indoneisa dengan standar internasional itu dibangun dari uangnya Thamrin. Karena saat itu klub-klub sepakbola lokal tidak bisa bertanding karena tidak punya lapangan. Tapi bayangkan, setelah mereka punya lapangan, mereka bisa bertanding bahkan diundang ke Piala Dunia. Itu kan hikmah, bukan sekadar cerita Thamrin lahir kapan, meninggal di mana, tahun berapa menjabat sebagai volksraad, menjabat sebagai gementee. Bukan seperti itu. Tapi bagaimana mengajar dengan sesuatu yang anak sekarang hafal. Anak sekarang semua gila bola, gibol. Bangsa kita bangsa yang gibol. Guru sejarah harus memahami hal seperti itu sebagai pintu masuk pembelajaran yang bermakna. Guru harus punya referensi, guru harus kerja keras ketika kurikulum semakin miskin” tandasnya.
Kontak Humas AGSI
Heni Purwono
085640554517, purwono.heni@gmail.com,
agsi.or.id
#persamuhanpendidikpancasila #ceritapancasila
#pancasiladariruangkelas
#bpip
#asosiasigurusejarahindonesia
#gurusejarah
#BPIP_RI_AGSI