Kepala BPIP: Pancasila Bukan Mitos, Tapi Logos

Plt. Kepala BPIP Prof. Hariyono dan Presiden AGSI Sumardiansyah

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono mengatakan Pancasila bukanlah mitos tetapi logos. Artinya Pancasila bukan sesuatu yang khayal sifatnya, namun dapat terwujud dalam laku Pancasila. Hal itu dikatakannya pada Trainer of Trainer (ToT) Salam Pancasila terhadap 75 guru sejarah se Jawa dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), Minggu (20/10) di Hotel Hermitage Menteng Jakarta, usai menghadiri pelantikan Presiden Jokowi. “Alhamdulillah, tadi ketua MPR mengatakan dalam sambutan pada pelantikan Bapak Presiden, kalau Pancasila akan ditanamkan sejak PAUD sampai Perguruan Tinggi. Hal itu tentu didasari akan kesadaran pentingnya ideologi negara” ungkapnya.

Menurut Hariyono, mental inlander sering kali menjadikan bangsa Indonesia tidak percaya diri menghadapi teori-teori besar dunia. “Sukarno dalam tulisannya Mencapai Indonesia Merdeka, mengkhawatirkan bahwa kerugian paling besar bagi bangsa Indonesia adalah hilangnya mental merdeka. Nampaknya hal itu menggejala. Pelajaran PPKn juga lebih banyak membandingkan Pancasila dengan ideology Barat. Siswa jarang diberi kesempatan berimajinasi karena kebanyakan guru sejarah hanya menjadi juru bicara penulis sejarah buku teks. Padahal seharusnya guru-guru sejarah mampu menghadirkan imajinasi untuk siswa” tambahnya.

Plt. Kepala BPIP bersama para Guru Sejarah

Ia mencontohkan jika di tahun 1980-an, Jepang yang sepakbolanya masih sangat tertinggal, membuat film imajinatif Kapten Tsubasa. Hasilnya, di tahun 2000-an, persepakbolaan Jepang sudah mendunia. “Kita harus belajar dari Amerika juga, mereka mampu membangun kebanggaan terhadap bangsanya dengan film Rambo misalnya meskipun faktanya mereka kalah di Vietnam. Nah para guru sejarah harus bisa membangun kebanggaan terhadap bangsa, menjadikan Pancasila sebagai laku hidup, menguasai dengan baik teks-teks sejarah, dan berani untuk mengubah mental inlander. Pancasila itu tidak bisa diversuskan dengan ideologi manapun. Ia lebih tinggi karena merupakan sintesa dari dua ideologi besar ketika itu. Ketika itu bisa diyakinkan pada generasi mendatang, maka Pancasila sebagai sebuah nilai akan menjadi sebuah ideologi bangsa yang kuat. Pancasila adalah bintang penuntun arah masa depan bangsa kita” tandasnya.

 

Author: Heni Purwono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *