Wakil Bupati Banjarnegara Syamsudin mengukuhkan Pengurus Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Kabupaten Banjarnegara, Kamis (17/10) di aula SD Negeri 1 Klampok. Dalam kegiatan yang dibarengkan dengan launching buku Arkeologi Transportasi karya sejarawan Universitas Airlangga Surabaya Purnawan Basundoro itu, Wabup berpesan agar para pengurus AGSI dapat menjadi garda terdepan dalam penyadaran sejarah masyarakat Banjarnegara. “Kita berharap ada aksi nyata dari organisasi ini, menumbuhkan kesadaran sejarah dengan pembelajaran yang berkualitas. Semoga para pengurus AGSI dapat mewujudkannya” harap Wabup.
Selain mengukuhkan, Wabup yang juga didapuk sebagai Dewan Pembina AGSI Kabupaten Banjarnegara memimpin langsung puluhan pengurus AGSI membacakan ikrar guru sejarah.
Presiden AGSI Sumardiansyah Perdana Kusuma melalui Ketua AGSI Kabupaten Banjarnegara Candra Bahara mengungkapkan, guru sejarah memiliki peran strategis sebagai pengawal peradaban bangsa. “Hanya bangsa yang mau belajar dari sejarahlah yang akan menjadi bangsa yang besar. Dan peran membentuk dan menumbuhkan kesadaran sejarah ada di pundak guru-guru sejarah” ungkapnya.
Karenanya, AGSI saat ini tengah intens bekerjasama dengan berbagai lembaga untuk melakukan penguatan pendidikan karakter melalui pembelajaran sejarah. “Pekan ini di pusat tengah dijalin kerjasama dengan Arsip Nasional (ANRI) mengenai pemanfaatan arsip digital dalam pembelajaran sejarah. Pekan depan AGSI juga digandeng Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk menggali tentang salam nasional Pancasila sebagai upaya penyadaran akan bhineka tunggal ika” jelas Candra.
Di level lokal, tambah Candra, AGSI Banjarnegara tengah aktif mendorong terbitnya Perda Cagar Budaya di Banjarnegara, untuk melindungi cagar budaya yang ada di Banjarnegara.
Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMK se Kabupaten Banjarnegara Afid Purnomo yang juga menjadi pengurus AGSI Kabupaten Banjarnegara mengatakan AGSI dengan MGMP saling melengkapi bagi guru sejarah. Bahkan dengan dua lembaga ini, menurutnya gerakan guru sejarah dapat lebih masif. “AGSI banyak bermateri kepengurusan anak-anak muda progresif dengan intelektualitas tinggi. Kami optimis AGSI mampu memperkuat peran guru sejarah. Belakangan ini juga kita guru sejarah di SMK merasa sangat dibantu, karena AGSI berteriak paling lantang menuntut agar mata pelajaran sejarah di SMK tidak hanya dua jam dan hanya di kelas X saja. AGSI konsisten menuntut pembelajaran sejarah harus dari kelas X sampai XII dengan alokasi minimal dua jam pelajaran. Itu tuntutan yang rasional dan sangat pro guru sejarah dan penguatan pendidikan karakter melalui sejarah” jelas Afid.