Situs-situs bersejarah yang terserak dari Sabang sampai Merauke, ternyata dapat memberi petunjuk makna sejarah bagi manusia di masa kini. Hal itu diungkapkan oleh sejarahwan JJ Rizal di depan 75 peserta guru sejarah se-Jawa dalam helatan “Trainer of Trainer (ToT) Salam Pancasila” yang digelar oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerjasama dengan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), Minggu (20/10) di Hotel Hermitage Menteng Jakarta.
Sejarawan yang tidak pernah lepas dari topi cowboy itu mengatakan, Bung Karno pernah menyatakan bahwa Indonesia telah mengalami dua nation state sebelumnya, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Dua situs kerajaan tersebut sejatinya dapat dipakai untuk memaknai sejarah bahwa di masa lampau, kita pernah bersatu namun akhirnya timbul tenggelam. “Makna dari situs cagar budaya Muara Jambi peninggalan Kedatuan Sriwijaya, jangan selalu kita maknai karena diserang bajak laut atau serangan dari India. Itu pendekatan pancoisme, yang menarasikan sejarah dengan kelelakian semata. Kita sesungguhnya bisa maknai bahwa pada masa lalu, ketika Sriwijaya berjaya, jaringan perdagangan dikuasai oleh penguasa-penguasa lokal di sekitar Sriwijaya. Akhirnya mereka nilep, ngutil atau sekarang bisa dimaknai korupsi. Juga bisa belajar dari lukisan karakter wayang Diponegoro menampar Danurejo IV yang menjual tanah-tanah keraton dengan harga murah karena dikorupsi sehingga menjadi salah satu penyebab perang Jawa, pun demikian juga dengan Majapahit, mereka semua hancur salah satunya karena korupsi” jelasnya.
Situs-situs sejarah tersebut menurutnya merupakan fakta keberagaman bangsa Indonesia yang sudah selesai sifatnya, namun akan terjadi kesenjangan manakala gagal dijembatani akibat adanya korupsi. “Para guru sejarah harus mampu menjelaskan hal-hal seperti itu sekaligus memberi tantangan apakah di tahun 2045 nation state Indonesia masih ada? Tanpa kesejahteraan dan keadilan, bisa jadi apa yang terjadi pada Sriwijaya dan Majapahit bisa terulang” tandasnya.
Energi terbarukan
Terkait situs-situs sejarah, menurut sejarahwan yang gemar bersepeda ini, masa depan energy terbarukan bagi bangsa Indonesia adalah sejarah. “Saat ini kita mungkin cenderung abai terhadap situs-situs sejarah. Namun kedepan, akan sangat dibutuhkan situs lengkap dengan cerita sejarahnya. Di Eropa dan negara-negara barat, sekarang sedang nge-trend storynomic, wisata cerita. maka ketika situs-situs bersejarah kita sudah hilang, hilang pula cerita sejarah. Padahal ke depan industri pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan” ujarnya.