Senin (4/11) di Ruang SidangĀ Graha 1, Gedung A Lantai 2 Kompleks Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) diadakan ForumĀ Silaturahmi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dengan mengangkat tema “Memajukan Profesi Guru”. Kegiatan Forum Silaturahmi dibuat dalam konsep dialog dengan dimoderatori Supriano selaku Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). Pada kesempatan tersebut Mendikbud Nadiem Makarim menyampaikan bahwa sebagai Mendikbud ia masih perlu untuk belajar. “Itulah mengapa saya tidak memiliki program 100 hari dan lebih memilih untuk mendengar suara guru agar kebijakan yang diambil sesuai dengan aspirasi stake holder”, ungkapnya. Nadiem sangat ingin pembicaraan dalam forum bukan hanya fokus kepada problematika tetapi mengarah kepada solusi dan apa yang perlu dikerjakan oleh Kemdikbud.
Sebelum forum dialog ini diadakan panitia kegiatan dari Dirjen GTK serta Pusat Analisa dan Kebijakan (Paska) sudah meminta agar setiap perwakilan membuat bahan pemaparan berisikan tiga problematika beserta solusi yang diberikan. Sedianya semua akan diberikan kesempatan untuk menyampaikan secara langsung bahan pemaparan yang sudah dibuat, namun setelah dialog berjalan ternyata kompleksitas masalah dan keterbatasan waktu membuat dialog berjalan kurang efektif. Sehingga moderator, Supriano mengarahkan agar dibuatkan pertemuan lanjutan secara khusus untuk membicarakan berbagai problematika dan solusi di dunia Pendidikan. Beberapa perwakilan seperti PGRI, IGI, Taman Siswa, KOGTIK, dan HIMPAUDI mendapatkan kesempatan berbicara pada sesi ini.
Secara terpisah, Presiden AGSI Sumardiansyah Perdana Kusuma yang juga hadir dalam pertemuan tersebut memberikan tanggapan. “Diantara yang sudah disampaikan, saya menyimak benar dialog yang berjalan selama hampir 90 menit, dalam pandangan saya forum silaturahmi ini merupakan pertemuan yang bersifat dialogis-urun rembug sehingga setiap informasi yang disampaikan tidak serta merta bisa kita serap begitu saja, apalagi kemudian memandangnya sebagai sebuah kebijakan yang bersifat pasti” ujarnya.
Presiden AGSI bahkan menilai beberapa masukan yang disampaikan dalam forum seperti penghapusan beberapa mata pelajaran, penghapusan anggaran peningkatan kompetensi, perubahan Kurikulum tampaknya menjadi viral di media sosial yang dampaknya justru meresahkan guru dan menimbulkan polemik baru.
“Saya pikir kita perlu kritis, logis, objektif dan bijak dalam menanggapi ini semua. Beberapa hal yang disampaikan memang baik dan bisa dijalankan, namun hal lain sepertinya perlu dilihat secara komprehensif dampaknya secara luas, perlu ada kajian mendalam agar tidak keliru dalam penerapannya. Saya berharap Tim Kemdikbud menghimpun dan membuka akses ke publik mengenai berbagai pemaparan yang sudah dibuat oleh para organisasi profesi dan persekolahan, sehingga dialog secara kolektif bisa lebih terbangun, saling mempelajari pemaparan, bahkan saling mengkritisi satu sama lain dalam kerangka yang konstruktif menuju perbaikan dunia pendidikan. Dialektika adalah hal yang lumrah dan sebuah keniscayaan, literasi ini perlu dibangun dan dibuka ruang dialog seluas-luasnya, fungsi Pemerintah adalah memfasilitasi ini semua” tegas Sumardiansyah.
Untuk diketahui, pertemuan tersebut mengacu surat undangan Kemdikbud Nomor 118841/A.I1/TU/2019 Tanggal 29 Oktober 2019 selain Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), turut diundang 22 organisasi profesi dan persekolahan lain seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI), Taman Siswa, Majelis Dikdasmen Muhammadiyah, Persatuan Guru Nahdlatul Ulama, LPP Maarif NU, Majelis Pendidikan Kristen, Majelis Nasional Pendidikan Katolik, Komunitas Guru Belajar, Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak (IGTKI), Komunitas Guru TIK/KKPI Nasional (KOGTIKNAS), Asosiasi Guru Teknologi Informasi Indonesia (AGTIFINDO), Federasi Guru TIK dan KKPI Nasional (FGTIKNAS), Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI), Asosiasi Guru Fisika Indonesia (AGFI), Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI), Kampus Guru Cikal, ANPS, dan PSSI/SPK.